Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sabar Menghadapi Cobaan

Sabar Menghadapi cobaan. Dunia adalah negeri cobaan. Manusia senantiasa diuji Oleh Allohutabaroka wata 'ala dan diberikan coba'an baik cobaan musibah ataupun coba'an kesenangan. Coba'an kesenangan dan kemudahan membutuhkan sikap bersyukur kepada Allohutabaroka wata 'ala. Syukur atas nikmat kesenangan ini termasuk ketaatan yang juga membutuhkan kesabaran. Sehingga tidak bisa bersyukur kecuali dengan sabar dalam melaksanakan ketaatan.

Ibnul Qoyyim menyatakan dalam kitab ‘Idatush Shobirin: Semua yang dijumpai seorang hamba didunia ini tidak lepas dari dua jenis; Pertama yang sesuai dengan hawa nafsu dan kehendaknya, dan kedua yang menyelisihinya. Ia butuh kepada sabar dalam keduanya. Adapun jenis yang sesuai dengan keinginannya seperti sehat, keselamatan, dapat jabatan
dan harta serta beraneka ragam kelezatan yang mubah. Ini lebih butuh kepada sabar dari beberapa sisi,

1. Tidak bergantung dan terpedaya dengannya serta tidak membuatnya sombong dan prilaku tercela yang tidak Alloh sukai.

2. Tidak tenggelam dalam mencarinya dan berlebihan dalam mencapainya, karena bisa berbalik menjadi sebaliknya, Siapa yang berlebihan dalam makan, minum dan jima’ maka akan berbalik dan diharomkan makan, minum dan jima’ tersebut.

3. Bersabar dalam menunaikan hak Allah pada kenikmatan tersebut dan tidak menyia-nyiakannya hingga Alloh mencabutnya.

Demikian juga bila diuji dengan musibah dan cobaan kesulitan, maka dibutuhkan kesabaran menghadapi takdir Alloh dengan ridha dan menerimanya. Sehingga tepatlah bila dikatakan sabar selalu dibutuhkan setiap insan sampai meninggalkan dunia ini.

Apalagi dizaman kiwari ini, dimana Indonesia terus- menerus diuji dengan musibah yang silih berganti. Belum lagi yang menimpa pribadi dan individu masyarakatnya. Wah kalau begitu kita harus banyak bersabar donk!

Alloh berfirman,

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqaroh: 155)

Demikianlah Alloh menguji hambanya dengan hal-hal berikut,

1. Sedikit ketakutan dan tidak seluruhnya.
2. Kelaparan yang dapat difahami dalam dua makna, Penyakit lapar yaitu penyakit yang menimpa seseorang yang tidak pernah kenyang walaupun telah makan banyak. Kelaparan karena kekurangan pangan disebabkan kemarau panjang dan tidak adanya panen.
3. Kekurangan harta berupa kemiskinan
4. Kekurangan jiwa berupa kematian
5. Kekurangan buah-buahan. Orang dalam menyikapi hal ini ada beberapa tingkatan,

1. Marah dan murka. Hal ini dapat terjadi dengan hati, lisan atau anggota tubuh. Marah dengan hati berupa adanya ketidak sukaan terhadap Alloh seperti merasa Alloh telah mendzholiminya dan sebagainya. Marah dengan lisan berupa mencela takdir atau mencela waktu dengan lisannya. Sedangkan marah dengan anggota tubuhnya dilakukan dengan cara misalnya memukul pipi, menjambak rambut atau merobek-robek pakaiannya. Orang yang demikian tidak mendapatkan pahala atas musibah tersebut bakan mendapatkan dosa.

2. Bersabar dengan menahan diri, tidak mengucapkan dan berbuat sesuatu yang dimurkai Alloh dan tidak ada dihatinya perasaan menyalahkan Alloh, walaupun ia tidak menyukai musibah tersebut. Orang seperti ini mendapatkan pujian dari Alloh dalam firmanNya,

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,’Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rohmat dari Robb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqoroh: 155-157).

3. Ridho dengan lapang dada menerima musibah tersebut dan meridhoinya seakan-akan tidak terkena mushibah. Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan sabar diatas.

4. Bersyukur dengan memuji Alloh atas musibah tersebut. Seperti dicontohkan Rosululloh dalam hadits A’isyah beliau berkata,
ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ َﻥﺎَﻛ ُّﺐِﺤُﻳ ﺎَﻣ ﻯَﺃَﺭ ﺍَﺫِﺇ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﻱِﺬَّﻟﺍ ِﻪَّﻠِﻟ ُﺪْﻤَﺤْﻟﺍ َﻝﺎَﻗ ُﺕﺎَﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍ ُّﻢِﺘَﺗ ِﻪِﺘَﻤْﻌِﻨِﺑ َﻝﺎَﻗ ُﻩَﺮْﻜَﻳ ﺎَﻣ ﻯَﺃَﺭ ﺍَﺫِﺇَﻭ
ٍﻝﺎَﺣ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ِﻪَّﻠِﻟ ُﺪْﻤَﺤْﻟﺍ
“Rosululloh Shollallohu ‘alahi wa sallam apabila melihat apa yang ia sukai menyatakan, ‘Alhamdulillah Alladzi bini’matihi Tatimmu Al Shalihaat.’ Dan bila melihat (mendapati) sesuatu yang tidak beliau sukait mengucapkan, ‘Alhamdulillahi ‘Ala Kulli Halin.’” (HR Ibnu Majah dan dishahihkan Al Albani dalam Shohih Al Jaami’ no. 4727).

Mensyukuri Alloh karena Alloh memberikan pahala atas musibah tersebut lebih banyak dari yang menimpanya. Kapan dikatakan sabar. Seorang dikatakan telah sabar menerima musibah apabila telah melakukan hal-hal berikut,

1. Tidak ada dihatinya perasaan buruk sangka kepada Alloh dan takdirnya.
2. Amalannya tidak melakukan perbuatan yang dilarang Alloh.
3. Lisannya tidak mencela Alloh, takdirnya atau masa, bahkan lisannya mengucapkan, ‘Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un’ sebagaimana dalam ayat diatas.

Akan lebih baik lagi bila ditambah dengan doa yang diajarkan Rosullulloh kepada kita dalam hadits Ummu Salamah,

ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﻮُﺳَﺭ ُﺖْﻌِﻤَﺳ ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ْﻦِﻣ ﺎَﻣ ُﻝﻮُﻘَﻳ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺎَﻣ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ٌﺔَﺒﻴِﺼُﻣ ُﻪُﺒﻴِﺼُﺗ ﺎَّﻧِﺇَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ ﺎَّﻧِﺇ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻩَﺮَﻣَﺃ ﻲِﻧْﺮُﺟْﺃ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻥﻮُﻌِﺟﺍَﺭ ِﻪْﻴَﻟِﺇ ﺍًﺮْﻴَﺧ ﻲِﻟ ْﻒِﻠْﺧَﺃَﻭ ﻲِﺘَﺒﻴِﺼُﻣ ﻲِﻓ ُﻪَﻟ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻒَﻠْﺧَﺃ ﺎَّﻟِﺇ ﺎَﻬْﻨِﻣ ﺎَﻬْﻨِﻣ ﺍًﺮْﻴَﺧ
“Aku telah mendengar Rosululloh Shollallohu ‘alahi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang tertimpa musibah lalu menyatakan apa yang Alloh perintahkan, ‘Innaa lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un Allohumma’ Jurni fi mushibatie wa Akhlif li Khairan minha.’Kecuali Alloh gantikan baginya yang lebih baik.” (HR. Muslim).

Mudah-mudahan kita dapat mendapatkan tingkatan tertinggi dari tingkatan sabar dan paling tidak kita masih ditetapkan sebagai orang yang sabar.

Selamat berlatih untuk menempuh sifat Sabar yang sesungguhnya.

Posting Komentar untuk "Sabar Menghadapi Cobaan"